Tidak hanya uang yang bisa ditabung untuk masa depan. Saat ini sel tubuh sendiri pun dapat disimpan untuk mengobati penyakit di masa tua. Di negara maju seperti Inggris, Amerika dan Singapura, sudah ada bank khusus untuk tempat penyimpanan stem cell, di mana sel ini disimpan dalam suhu yang sangat rendah untuk menjaganya dari kerusakan.
Pengembangan terapi dengan stem cell membawa harapan baru bahwa penyakit-penyakit degeneratif dapat diobati, dengan sel-sel yang diperoleh dari tubuh pasien sendiri dan tidak perlu lagi mengandalkan dari donor. Kini, riset tentang stem cell tengah menjadi bintang di bidang biomolekuler. Para ilmuwan makin memperdalam ilmu tentang sel ini dengan memperbanyak riset sehingga terapi stem cell dapat diterapkan tanpa ada lagi keraguan.
Sebetulnya riset mengenai stem cell sudah dimulai cukup lama. Topik ini ramai dibicarakan sejak tahun 1970an, di mana pada saat itu dari suatu penelitian diketahui bahwa sel yang diambil dari sum-sum tulang belakang embrio dapat berdiferensiasi (berubah) menjadi tulang, tulang rawan, dan sel lemak bila sel tersebut ditransplantasikan. Namun hingga saat ini stem cell yang didapat dari embrio masih menuai kontroversi karena dianggap melanggar etika. Berbagai pemuka agama yang fanatik menentang penggunaan terapi stem cell yang diambil dari embrio, karena dianggap tidak etis untuk menggunakan embrio bagi kepentingan perawatan dan eksperimental. Kini telah dikembangkan stem cell yang diambil dari sumber-sumber lain selain embrio, yang disebut adult stem cell, seperti dari tali pusat, cairan amniotik, sum-sum tulang belakang, jaringan lemak, otak, dan gigi.
Riset stem cell menawarkan potensi yang sangat besar untuk kemajuan terapi
klinis, karena stem cell dapat digunakan untuk menggantikan sel yang hilang atau rusak akibat penyakit sistemik yang berat seperti Parkinson, diabetes, kanker, jantung, hingga degenerasi syaraf dan penyakit autoimun.
Apa Itu Stem-Cell?
Dalam bahasa Indonesia, stem cell disebut sel punca atau sel induk. Ringkasnya, stem cell adalah sel yang masih belum matang dan belum berdiferensiasi (berubah) menjadi sel atau jaringan tertentu. Nantinya sel ini dapat bereplikasi menjadi sel yang serupa atau menjadi sel lain yang sama sekali berbeda.
Dalam bahasa kedokteran, stem cell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah menjadi satu jenis sel), multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat berubah menjadi jaringan apapun). Dengan kemampuan inilah stem cell diyakini dapat menyembuhkan sel-sel tubuh yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat, dengan cara beregenerasi menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.
Sumber-sumber Stem Cell
Stem cell bisa didapat dari tubuh pasien sendiri, yang disebut autogenous, atau didapat dari donor dan disebut allogenous. Sejauh ini, stem cell yang tersedia lebih banyak berasal dari donor, namun tidak dapat dipastikan apakah sel tersebut akan menimbulkan reaksi penolakan dari pasien.
Lain halnya dengan sel autogenous, karena berasal dari tubuh pasien sendiri maka lebih kecil kemungkinan terjadinya reaksi penolakan dan infeksi silang dari sel donor. Selain itu pasien juga tidak membutuhkan obat-obatan immunosupresif yang biasa digunakan untuk mengurangi reaksi penolakan bila transplantasi dilakukan dengan sel donor.
Sumber:
http://gslc.genetics.utah.edu/units/stemcell
/scfuture/
Seperti telah disinggung di atas, stem cell dapat diperoleh dari embrio, yaitu sel dari mass bagian dalam blastosit selama perkembangan embrionik. Stem cell yang berasal dari embrio ini mampu berubah menjadi sel jenis apapun, dan dapat bereplikasi hingga beberapa generasi.
Selain itu, stem cell juga dapat diperoleh dari sel dewasa, di antaranya tali pusat, cairan amniotik, sum-sum tulang belakang, jaringan lemak, otak, dan gigi. Belum lama ini peneliti berhasil mengembangkan stem cell dewasa yang dipancing untuk berperilaku menjadi stem cell embrionik, yang disebut Induced pluripotent stem cells (iPS). Sel ini dapat menghasilkan sejumlah besar stem cell dan dapat meregenerasi jaringan yang spesifik.
Sejauh ini, stem cell yang diperoleh dari darah tali pusat (umbilical cord stem cell) cukup banyak dieksplorasi untuk mengobati penyakit-penyakit yang berkaitan dengan darah seperti anemia dan kanker darah seperti leukimia. Peneliti dari University of Minnesota yang mempublikasikan temuannya bahwa efek stroke yang terjadi pada tikus di laboratorium dapat diatasi dengan menggunakan stem cell yang ditemukan dalama darah tali pusat. Namun sayangnya hanya ada satu kali kesempatan untuk mendapatkan stem cell dari darah tali pusat, yaitu saat bayi baru dilahirkan.
Stem cell yang didapat dari sum-sum tulang belakang adalah stem cell yang paling banyak tersedia saat ini. Jenis sel ini dapat diisolasi dari aspirasi sum-sum tulang belakang atau dari pengambilan stem cell yang berasal dari darah tepi setelah sum-sum tulang dirangsang secara kimia. Stem cell yang didapat dari sum-sum tulang terdiri dari stem cell hematopoietik yang akan membentuk semua jenis sel darah dan juga sel stroma yang membentuk tulang, tulang rawan, jaringan ikat lain, dan juga lemak.
Gigi tidak ketinggalan untuk menjadi penghasil stem cell (dental stem cell). Stem cell dapat diperoleh dari pulpa gigi permanen maupun gigi susu, dan dari ligamen periodontal maupun struktur gigi lain. Dapat dikatakan bahwa gigi adalah sumber stem cell yang mudah didapat, karena bisa diperoleh dari pulpa gigi yang dicabut seperti pada keadaan gigi molar tiga (atau yang sering disebut gigi geraham bungsu) impaksi, gigi susu, atau gigi yang harus dicabut karena perawatan orthodontik. Gigi susu yang dicabut menawarkan keuntungan ekstra dibandingkan gigi lain sebagai sumber stem cell, karena didapati bahwa stem cell dari gigi susu tumbuh lebih cepat daripada sumber lain. Keuntungan lainnya adalah stem cell dari gigi susu mudah didapat, dan dapat disimpan (tentunya di tempat dan kondisi yang tepat) hingga saatnya dibutuhkan di masa depan. Proses pengambilannya juga tidak membuat pasien harus mengorbankan gigi sebagai sumber stem cell karena gigi susu secara alami akan mengalami pergantian dengan gigi permanen, dan trauma yang terjadi adalah minimal.
Para peneliti dari National Institutes of Health telah melakukan serangkaian penelitian mengenai dental stem cell ini. Menurut Pamela Gehron Robey, Ph.D., Kepala Bagian Craniofacial and Skeletal Diseases, National Institute of Dental and Craniofacial Research of the National Institutes of Health, bukan tidak mungkin di masa depan gigi yang cedera parah dan mengalami kematian, misalnya karena kecelakaan berkendara, dapat diregenerasi kembali.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr dr Fachmi Idris, kemampuan individual para dokter Indonesia dalam teknologi (stem cell) adalah yang paling maju di Asia. Ia juga menambahkan bahwa teknologi dan sarana kesehatan di Indonesia sudah sangat memadai untuk menangani tindakan medis, termasuk untuk melakukan pengobatan dengan terapi stem cell.
Seperti yang diberitakan oleh harian Kompas Oktober lalu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PABDI) berhasil mengembangkan penggunaan sel punca (stem cell) yang diambil dari sumsum tulang belakang untuk mengobati pasien serangan jantung. Menurut pakar jantung PABDI Prof Teguh Santoso, PABDI telah berhasil mengobati 15 pasien penyakit jantung di RSCM dan RS Kanker Dharmais dengan menggunakan stem cell dan menuai keberhasilan.
Pada bulan Februari lalu telah diresmikan Asosiasi Sel Punca Indonesia di Jakarta. Dengan adanya wadah resmi ini, diharapkan Indonesia akan semakin maju dan terus menerus mengembangkan terapi stem cell serta terus melakukan eksperimen di bidang ini. Meski masih diliputi pro dan kontra, harus diakui bahwa terapi stem cell adalah harapan di masa depan bagi banyak orang.[](Martha Mozartha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar