SUMBER :
Ns. Eny Mulatsih,Skep. Petujuk perawatan pasien pasca stroke di rumah, Penerbit FKUI Jakarta 2008, halaman 36-43
ABSTRAK :
GANGGUAN KOMUNIKASI
Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara,kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia.
Secara umum afasia terbagi dalam tiga jenis, yaitu afasia motorik,afasia sensorik,dan afasia global.
Pasien afasia motorik ditandai dengan ketidakmampuan pasien mengungkapkan atau mengekspresikan kata-kata,tetapi pasien memahami apa yang dikatakan orang lain kepadanya.
Sebaliknya, pasien afasia sensorik tidak memahami pembicaraan orang lain tetapi dapat mengeluarkan kata-kata. Akibatnya pasien afasia sensorik terlihat tidak nyambung kalau diajak bicara,oleh karena otak tidak mampu menginterpretasikan pembicaraan orang lain meskipun pendengarannya baik.
Sedangkan bila kerusakan otak luas dan menyerang pusat ekspresi dan pusat pengertian bicara di otak kiri, pasien akan mengalami afasia global.Pasien tidak mampu memahami pembicaraan orang lain,dan tidak mampu mengungkapkan kata-kata.
Hal yang harus dipahami oleh perawat adalah bahwa pasien afasia tetap membutuhkan kesempatan untuk mendengar pembicaraan orang lain secara normal. Bila kita mengabaikan pasien stroke yang mengalami afasia, misalnya mendiamkam atau menganggap seolah-olah pasien tidak memahami pembicaraan kita, maka pasien akan merasa frustasi dan sakit hati.
Pada saat berbicara dengan pasien afasia usahakan agar wajah kita menghadap lurus ke arah pasien.Hal ini akan membantu pasien untuk melihat gerak bibir dan ekspresi wajah kita. Usahakan menggunakan kalimat pendek dan berikan penekanan pada kata yang penting. Jika memungkinkan gunakan ekspresi wajah,gerakan tubuh,dan irama suara sehingga pasien dapat memahami perkataan kita.
Bila pasien tidak memahami perkataan kita usahakan untuk mengucapkan dengan kalimat yang artinya sama.Anjurkan dan berikan kesempatan pasien untuk berkomunikasi secara total, yaitu dengan mempergunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh.Jangan cemas bila pasien memberikan jawaban yang kurang jelas.
Agar memahami pembicaraan pasien,sebaiknya kita mendengarkan secara cermat dan memperhatikan kata-kata kunci , selanjutnya mengira-ngira apa yang ingin pasien sampaikan. Jangan gusar bila tebakan kita salah, minta maaf dan anjurkan pasien untuk mengulang kata-katanya.
Untuk membantu pasien memahami pembicaraan orang lain, usahakan berbicara perlahan,tenang,intonasi suara normal, jangan berteriak. Gunakan bahasa orang dewasa,kalimat pendek dan berikan rangsangan visual jika memungkinkan.
Seringkali pasien afasia motorik merasa frustasi karena tidak mampu mengungkapkan apa yang diinginkannya,sehingga pasien marah atau mengamuk. Salah satu upaya untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan papan komunikasi yang berisi gambar atau simbol aktifitas harian pasien.Yang perlu diingat bahwa papan komunikasi ini bukan digunakan untuk melatih tetapi sebagai media komunikasi untuk mengantisipasi keinginan pasien yang sulit kita mengerti,sehingga pasien tidak frustasi.Untuk mempercepat pemulihan,pasien afasia sebaiknya berlatih dengan terapis wicara secara teratur minimal 2x seminggu.
GANGGUAN MENELAN
Gangguan menelan merupakan salah satu masalah kesehatan akibat serangan stroke.Biasanya pasien menunjukkan gejala tersedak pada saat makan dan minum,keluar nasi dari hidung,tidak mampu mengontrol keluarnya air liur darimulut (mengiler), memerlukan waktu yang lama untuk makan,dan makanan tersisa di mulut setelah makan.
Bila memungkinkan sebaiknya makan dalam posisi duduk ,tetapi bila tak bisa dapat diatur dengan posisi duduk menyandar 60-90 derajat. Ketika pasien menelan,anjurkan pasien untuk menekuk leher dan kepala agar mempermudah menutupnya jalan nafas ketika menelan.Pada saat menelan anjurkan pasien memutar kepala/menengok ke sisi yang lemah. Pergunakan sendok kecil dan tempatkan makanan pada sisi yang sehat.Pastikan makan telah tertelan semua sebelum memberikan suapan berikutnya.Pertahankan pasien tetap duduk tegak setengah jam setelah makan.Pastikan mulut pasien telah kosong,tak ada sisa makanan yang belum tertelan setelah makan selesai.Bersihkan gigi dan mulut pasien setelah makan.
Makanan yang diberkan bertahap, dimulai dengan makanan yang konsistensinya semi padat atau lunak,selanjutnya bertahap sampai ke bentuk cair.Hindari penggunaan gelas dan sedotan pada awal latihan minum karena dapat menyebabkan pasien tersedak.Gejal tersedak ini disebabkan karena koordinasi otot lidah dan mulut belum baik, atau karena adanya gangguan fungsi pusat menelan di otak.Jadi sebaiknya gunakan sendok kecil dan tempatkan makanan pada sisi yang sehat.
KESIMPULAN :
Pasien afasia mudah frustasi karena tak mampu mengungkapkan keinginannya kepada orang lain, diperlukan dukungan orang disekitarnya untuk melatih komunikasi.
Kesulitan menelan pada pasien stroke dapat dilatih dengan pemberian makanan bertahap dari semisolid sampai cair dan dengan cara makan yang benar untuk menghindari aspirasi makanan ke jalan nafas.
SARAN :
Perawat dan keluarga saling bersinergi untuk memberikan dukungan latihan pada pasien afasia dan gangguan menelan pada pasien stroke, agar komunikasi berjalan lancar dan nutrisi terpenuhi .
Terima-kasih,postingan anda pasti banyak membantu sesama yg membutuhkan arahan,terima-kasih juga atas penjelasan yg sederhana, mudah dimengerti, kiranya TUHAN membalaskan budi baik anda.
BalasHapusTrimksih sekali penjelasannya...sangat bermanfaat bagi saya.
BalasHapusKalau bisa tolong untuk menu makanan pasien seperti ini apa saja ya?